Orang-orang Buangan
Pada saat di tanah air peristiwa 30 September 1965 pecah, sejumlah orang
Indonesia yang sedang berada di luar negeri tidak bisa pulang. Ada yang
tidak berani dan ada pula yang ingin pulang tetapi tidak diperkenankan
oleh pemerintahan yang baru, yang dinamakan Orde Baru. Banyak di antara
mereka yang pada jaman Bung Karno dikirim belajar ke luar negeri. Ada
yang sedang bekerja dan ada pula yang dalam penugasan sebagai duta besar
atau staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Kebanyakan dari
mereka waktu itu sedang berada di negara-negara sosialis komunis, antara
lain di Uni Soviet, Tiongkok, Berlin Timur, dan Cekoslovakia. Sebut
saja Sobron Aidit. Pada saat tragedi 30 September 1965, dia sedang
mengajar di Institut Bahasa Asing Beijing, sebagai guru besar bahasa.
Hari-hari menjelang kejadian, sang kakak, Dipa Nusantara Aidit, tokoh
sentral PKI yang pada waktu itu sedang membawa delegasi Indonesia ke
Cina, menasehati adiknya untuk tidak pulang. ”Itu pertemuan saya yang
terakhir dengan abang saya,” ungkap Sobron. Tak lama kemudian DN Aidit
dinyatakan tewas tertembak pada saat berada di Jawa Tengah, saat sedang
sembunyi di dalam lemari. Delapan belas tahun lamanya Sobron menjadi
orang buangan di Beijing, sampai kemudian dia mendapat kesempatan pindah
ke Prancis. Di Paris, Sobron tinggal lebih dari 24 tahun dan hidup dari
bisnis restoran yang sangat populer di kalangan orang-orang Indonesia
di pembuangan. Selain Sobron, ada Koesalah Soebagyo Toer, adik kandung
Pramudya Ananta Toer. Tahun 1960 dia mendapat beasiswa ke Moskow untuk
belajar bahasa. Koesalah pulang pada tahun 1965 pada saat suasana sedang
panas-panasnya. Sobron dan Koesalah memang dengan cepat bisa dituduh
berhaluan kiri karena punya hubungan darah dengan DN Aidit dan Pramudya
Ananta Toer. Tetapi bagaimana dengan Djoko Sri Mulyono, Gustaf Adolf
Dupe, Tarjan, Rusdi Ardewi, dan mahasiswa lain yang pada tahun 1960-an
mendapat beasiswa dari pemerintah? Ini kisah duka orang-orang buangan
yang menderita akibat peristiwa 30 September 1965. Mereka harus terpisah
ribuan mil jauhnya dari keluarga selama bertahun-tahun. Bagaimana
reaksi mereka manakala pemerintahan SBY membuka peluang agar mereka
kembali ke tanah air? Kali ini Kick Andy mencoba memotret kehidupan
mereka, setelah sebelumnya Gus Dur, saat menjadi presiden, juga pernah
membangkitkan harapan mereka pada tahun 2000 dulu. Jangan lewatkan
tayangannya Kamis malam, 19 Oktober 2006, pukul 22.30 di Metro TV.